"Resiko krisis dari Amerika Serikat dan Eropa masih berlangsung. Dan, kita belum tahu apakah ini nantilead-nya kepada yang namanya double dip recession atau hanya gejolak ekonomi yang sifatnya temporer," ujar Bambang, dalam konferensi pers terkait perkembangan terkini ekonomi makro dan realisasi APBN, di Jakarta, Rabu ( 28/9/2011 ) sore. Jika terjadi double-dip recession, lanjut Bambang, maka dampaknya pada ekonomi Indonesia tahun 2012 akan signifikan.
Akan tetapi, ia menuturkan, satu hal yang pasti adalah telah terjadi revisi perkiraan pertumbuhan ekonomi global menjadi 4 persen, dari sebelumnya sebesar 4,3 persen pada tahun ini. Dan, angka yang sama menjadi perkiraan untuk tahun 2012 . Angka tersebut bisa disimpulkan bahwa kondisi AS dan Eropa bisa memperlambat laju perekonomian dunia, termasuk Indonesia.
"Perlambatan itu terutama terjadi di kawasan negara maju, yang tahun 2011 pertumbuhannya 1,6 persen, dan perkiraan 2012 sebesar 1,3 persen," tambah dia terkait pertumbuhan. Jadi, Bambang menuturkan, laju pertumbuhan ekonomi dunia tidak lagi dipegang oleh negara-negara maju melainkan oleh negara berkembang, termasuk Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar